ist-pasion.com – Analisis terkini yang disampaikan kepada Deutsche Welle (DW) mengindikasikan bahwa angkatan bersenjata Myanmar menghadapi penurunan kapasitas operasional dan serentetan kegagalan di banyak wilayah negara tersebut. Faktor determinan terbaru dalam kondisi ini adalah dikuasainya Myawaddy, kota kunci dekat perbatasan dengan Thailand, oleh kekuatan prodemokrasi.
Implikasi Strategis dari Penaklukan Myawaddy
Penguasaan kota Myawaddy oleh Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA), yang merupakan cabang militer dari Persatuan Nasional Karen (KNU) dan bagian dari koalisi anti-junta, mencerminkan keruntuhan simbolis sekaligus praktis bagi junta militer. Ini juga mempengaruhi jalur perdagangan vital antara Thailand dan Myanmar, yang menangani transaksi dengan nilai yang sangat signifikan.
Peningkatan Aktivitas Oposisi Melawan Pemerintahan Militer
Pasukan oposisi, menurut David Scott Mathieson, seorang analis independen di Myanmar, memperluas tekanan mereka terhadap SAC di berbagai wilayah lain, termasuk di Kachin, Arakan, Karenni, dan Shan, menunjukkan adanya kemunduran strategis bagi SAC.
Operasi 1027: Langkah Besar Oposisi
Transformasi dari protes sipil menjadi perlawanan bersenjata yang disusul dengan eskalasi menjadi konflik bersenjata skala penuh kini termanifestasi dalam ‘Operasi 1027’ yang dilancarkan oleh kekuatan oposisi di Negara Bagian Shan. Operasi ini berhasil mengambil alih puluhan kota dan pos militer, mengakselerasi resistensi terhadap junta ke seluruh Myanmar.
Evaluasi Keadaan Junta Militer oleh Profesor Abuza
Profesor Zachary Abuza dari National War College, dengan fokus studi pada politik dan keamanan Asia Tenggara, menggarisbawahi bahwa pertempuran yang berlangsung di delapan zona pertempuran telah melemahkan junta. Penyebaran pasukan yang terlalu luas tidak memungkinkan taktik pemecah dan penakluk yang efektif, memberikan kesempatan bagi kelompok etnis dan pasukan oposisi untuk mengamankan keuntungan teritorial.
Keadaan di Rakhine dan Ancaman di Ibu Kota
Sementara itu, di Rakhine, Tentara Arakan (AA) berhasil memanfaatkan berakhirnya gencatan senjata dengan meraih keuntungan strategis. Serangan terhadap Naypyidaw, ibu kota yang sebelumnya dianggap aman dari gangguan, menunjukkan bahwa pemberontak memiliki kemampuan untuk menyerang jantung kekuasaan junta.
Tindakan Junta Menyusul Kekalahan: Penguatan Militer dan Potensi Pembalasan
Dalam upaya untuk memperkuat posisi mereka, junta militer telah memulai penerapan wajib militer serta menetapkan target rekrutmen baru. Meski tertekan, junta masih memiliki sumber daya yang memadai untuk melakukan manuver pertahanan.
Kekhawatiran KNU mengenai Pembalasan dari Junta
Padoh Saw Taw Nee dari KNU menyatakan keprihatinan terhadap kemungkinan pembalasan dari junta menyusul pengambilalihan Myawaddy, dengan mengantisipasi pola serangan balik yang agresif berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Dinamika konflik di Myanmar saat ini menggambarkan pergeseran kekuatan antara junta militer dan pasukan pemberontak. Dengan pemberontak yang mengalami kemenangan taktis dan junta yang berupaya mempertahankan kendali melalui strategi adaptif, konflik ini berpotensi memasuki periode yang krusial bagi penentuan arah masa depan Myanmar.